Rasio pentalan atau bounce rate seringkali dijadikan tolak ukur dalam menilai sukses atau tidaknya sebuah blog. Biar tidak pusing, simak yuk apa itu rasio pentalan dan cara menurunkan bounce rate pada website dan blog berikut ini.
Sebagai pemiik blog kita pasti senang dong kalau pengunjung datang dan betah berlama-lama di blog atau website kita. Tidak hanya membuat statistik blog tampak bagus, tingginya page view juga berpotensi untuk memperbesar penghasilan lewat Adsense.
Untungnya kita bisa memantau hal ini dengan mudah menggunakan Google Analytics. Dengan melihat nilai bounce rate, kita bisa mengetahui berapa banyak persentase pengunjung yang membaca lebih dari satu artikel di blog atau website kita.
Nah, buat kamu yang penasaran apa itu bounce rate, baca terus artikel ini dan simak juga cara memperkecil nilai bounce rate di blog kamu hingga 60%!
Daftar Isi
Apa Itu Bounce Rate?
Rasio pentalan, atau bounce rate adalah persentase pengunjung yang hanya membaca satu halaman di website kita tanpa membaca halaman lainnya.
Beberapa perilaku yang memicu bounce rate antara lain pengunjung yang menutup tab/window setelah membaca, pengunjung yang menekan tombol BACK dan meninggalkan situs kita, atau pengunjung yang mengklik link eksternal dan tidak kembali membaca tulisan kita.
Berapa nilai bounce rate yang bagus?
Secara umum, semakin kecil nilainya tentu akan semakin bagus. Namun menentukan bagus atau tidaknya nilai bounce rate tidak bisa dilakukan sama rata pada semua website.
Berdasarkan data Custommedialabs, bagus atau tidaknya nilai bounce rate akan ditentukan oleh jenis website itu sendiri.
- 20% – 45% for e-commerce and retail websites
- 25% – 55% for B2B websites
- 30% – 55% for lead generation websites
- 35% – 60% for non-ecommerce content websites
- 60% – 90% for landing pages
- 65% – 90% for dictionaries, portals, blogs and generally websites that revolve around news and events
Meski selama ini bounce rate dianggap sebagai tolak ukur tingkat kepuasan pembaca terhadap sebuah blog, bounce rate juga memiliki banyak kelemahan yang membuatnya tidak cukup dijadikan patokan utama.
Misalnya saja jika kita membuat tutorial panjang, lebih dari 2.000 kata misalnya. Jika pengunjung membaca semua tulisan tersebut dengan lengkap lalu menutup blog kita, apakah ini berarti mereka tidak puas?
Lalu bagaimana jika kita memiliki sebuah artikel tutorial yang selesai dibaca langsung ditutup pembaca. Padahal mungkin dalam kenyataannya, pengunjung hanya membutuhkan satu artikel itu saja untuk menyelesaikan masalah mereka. Ketika mereka menutup artikel tersebut, masalah mereka sudah berhasil diatasi. Jadi apakah bounce rate membuat situs ini buruk?
Walaupun begitu, bounce rate tetap memegang peranan penting dalam mengukur tingkat kesuksesan sebuah website. Menurut Backlinko, bounce rate bahkan digunakan sebagai salah satu faktor ranking Google.
Data dari Semrush tidak kalah menarik. Menurut analisa mereka, bounce rate memiliki bobot yang cukup besar dalam menentukan ranking blog kita.
Bagaimana cara melihat nilai bounce rate?
Untuk melihat nilai bounce rate, kamu bisa menggunakan tools analytics gratis seperti Google Analytics (GA). Jika kamu belum memilikinya, silahkan ikuti panduan berikut ini:
Jika sudah, kamu bisa login ke dasbor GA dan lihat nilai bounce rate rata-rata website kamu. Untuk data bounce rate yang lebih detil, silahkan masuk ke menu-menu berikut ini.
- BEHAVIOR » SITE CONTENT » ALL PAGES – Lihat pada kolom bounce rate untuk melihat rasio pentalan masing-masing konten.
- ACQUISITION » ALL TRAFFIC » CHANNEL – Lihat pada kolom bounce rate untuk melihat rasio pentalan dari semua sumber trafik blog
12 Cara Menurunkan Nilai Bounce Rate di Website dan Blog
1. Tingkatkan kecepatan loading blog
Tiidak ada yang suka dengan website yang lambat. Kalau membuka satu halaman saja sudah lama, jangan harap pengunjung mau membuka halaman lainnya. Karena itulah, hal penting pertama yang harus kamu lakukan untuk menurunkan nilai bounce rate sebuah website adalah dengan meningkatkan kecepatan loading blog terlebih dahulu.
Website yang cepat saat diakses tidak hanya akan memanjakan pengunjung, tapi juga bot mesin pencari. Jadi jangan heran kalau Google menjadikan pagespeed sebagai salah satu faktor dalam menentukan ranking sebuah website.
Untuk memeriksa kecepatan website, kita bisa memakai tools online gratis seperti GTMetrix, Google Page Speed Insight, atau Pingdom. Tidak hanya bisa melihat skor keseluruhan website kita, di sini kita juga bisa melihat elemen website mana saja yang membuat website kita lambat. Tidak hanya itu, tools online ini juga menyediakan cara untuk memperbaiki skor kamu.
Lalu berapa skor yang baik bagi sebuah website?
Semakin besar tentu semakin baik. Namun kalau hanya untuk blog pribadi, saya kita tidak perlu mengejar angka sempurna 100%.
Selama skor yang kamu dapat sudah masuk rentang aman (hijau), saya kira itu sudah cukup. Agar lebih yakin, kamu bisa mencoba untuk membuka website kamu sendiri dari berbagai perangkat yang berbeda untuk melihat sendiri kecepatan akses realnya.
2. Buat judul yang sesuai dengan isi konten
Salah satu penyebab nilai bounce rate yang tinggi adalah pemakaian judul yang tidak sesuai dengan isi konten.
Seringkali untuk meningkatkan nilai CTR, banyak bloger yang memasang judul yang bombastis agar artikel mereka semakin banyak diklik oleh pengunjung. Sayangnya hal ini tidak dibarengi dengan isi artikel yang sesuai dengan judul yang mereka buat. Isinya pun kadang misleading dan tidak mencerminkan keseluruhan isi artikel.
Kalau sudah begini, pembaca bisa saja kecewa dan lebih memilih untuk mengabaikan website kamu untuk membaca artikel di website lain.
Karena itulah, buat artikel yang sesuai dengan search intent pengguna. Jadi ketika mengklik judul artikel kita, pembaca akan senang karena mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
3. Buat konten yang menarik
Menyambung poin di atas, jika kita sudah bisa memikat pengunjung dengan judul artikel, saatnya membuat artikel yang menarik agar pembaca mau membaca artikel lain di website kita.
Bicara artikel menarik mungkin tidak ada rumus bakunya karena konten yang menarik akan berbeda-beda tergantung target pembaca website tersebut. Sebagai contoh, kamu bisa membuat beberapa jenis artikel seperti artikel super lengkap, artikel dalam bentuk daftar (listicle), atau artikel studi kasus, dsb.
Agar konten tersebut lebih menarik untuk dibaca, kamu bisa menerapkan beberapa teknik berikut ini:
- Gunakan paragraf yang singkat yang terdiri dari 2-3 kalimat saja agar tulisan lebih mudah dicerna pembaca.
- Gunakan storytelling. Siapa sih yang tidak suka dengan cerita menarik?
- Buat heading dan sub-heading untuk artikel yang panjang.
- Beri gambar atau media visual lainnya.
4. Gunakan desain yang baik
Meski kita memiliki konten yang baik, jujur yang menjadi kesan pertama kita pada sebuah blog adalah tampilannya. Meski kita memiliki artikel yang lebih baik dibanding blog lainnya, namun jika dipresentasikan secara tidak baik maka ini akan menjadi kekurangan artikel tersebut. Jadi jika kamu memiliki blog, beri desain yang baik agar pembaca tidak langsung pergi setelah membaca hanya satu artikel kamu.
Lalu seperti apa desain blog yang baik?
a. Responsive
Dengan semakin banyaknya pembaca yang memakai perangkat genggam, memiliki desain yang responsive adalah sebuah keharusan. Jika kita memakai desain yang responsive, website kita akan tampak baik saat diakses dari perangkat apapun. Sebaliknya, desain yang tidak responsive akan menyulitkan pembaca, seperti saat harus geser ke kanan-kiri saat membaca artikel dari perangkat genggam.
b. Gunakan font yang mudah dibaca
Pada umumnya tema yang kita pakai sudah memiliki font yang sesuai dengan tampilan tema tersebut. Jika kamu ingin menggantinya, gunakan font yang mudah dibaca seperti font serif atau sans-serif. Selain itu, hindari font-font stylish seperti font handwriting yang tidak hanya sulit dibaca tapi juga di-load lebih lama.
c. Gunakan kombinasi warna yang baik
Sama seperti sebelumnya, tema/template Blogger biasanya sudah memiliki skema warna yang baik. Namun jika kita ingin mengubahnya, gunakan kombinasi warna yang baik dengan kontras yang rendah. Sebagai contoh, kamu bisa menghindari warna hitam pekat (#000000) untuk font dan memakai warna gelap saja seperti #333.
d. Perbanyak white space
White space adalah area berwarna putih di website kita. White space bisa kamu perbanyak dengan membuat jarak yang lebih lebar antar paragraf, tidak meletakan setiap elemen website secara berdekatan, atau menggunakan paragraf pendek dalam artikel yang kamu buat.
5. Optimalkan internal link
Cara lain yang bisa kamu lakukan untuk menurunkn nilai bonce rate adalah dengan mengoptimalkan pemakaian internal link. Dengan internal link, pembaca akan dengan mudah menemukan konten lain yang msih memiliki kaitan dengan konten yang sedang mereka baca.
Internal link sendiri bentuknya bermacam-macam. Selain membuat link internal secara manual di dalam artikel, kita juga bisa menambahkan related posts (pos terkait) di akhir artikel. Tidak hanya itu, kita juga bisa menampilkan widget berisi pos terpopuler, pos yang paling banyak dikomentari, atau sekedar pos acak.
6. Perbanyak artikel yang terkait
Jika pembaca tertarik pada artikel dengan tema tertentu, maka biasanya mereka juga akan tertarik dengan artikel lain dengan tema yang sama. Sebagai contoh, jika pengunjung tertarik dengan salah satu artikel mengenai manga One Piece, bukan tidak mungkin mereka akan membaca artikel lain seputar One Piece juga. Hal ini jelas akan sangat bagus untuk memperkecil nilai bounce rate kan?
Karena itulah, buatlah lebih banyak artikel dalam satu tema yang sama. Agar pembaca mengetahui artikel lain yang sejenis, kita bisa menambahkan post terkait (related posts) di akhir artikel. Post terkait ini nantinya bisa kamu atur agar bisa menampilkan pos terkait yang memiliki tag/kategori yang sama.
7. Buka link di tab baru
Salah satu strategi sederhana lain yang bisa kamu lakukan adalah membuat link terbuka di tab baru, terutama pada link yang mengarah ke luar website kita (link eksternal). Dengan membuat link terbuka di tab baru, pengunjung yang tidak kembali lagi ke website kita tidak akan tercatat sebagai bounce rate.
8. Buat tampilan yang minim distraksi
Mungkin kamu pernah mengalamainya juga. Saat baru masuk sudah ada popup adblock blocker yang saya kira masih wajar. Namun saat kita menutupnya, ternyata muncul popup lainnya mulai dari permintaan untuk mengaktifkan notifikasi hingga popup email newsletter. Dan hal lain yang cukup membuat kesal adalah popup video/iklan video yang secara otomatis dimainkan.
Jujur saya tidak tahu apa yang ada di pikiran pemilik blog yang sering sekali menampilkan banyak popup di blog mereka. 1-2 Popup mungkin tidak terlalu banyak, namun lebih dari itu akan membuat saya berhenti membaca situs tersebut, apalagi jika muncul dalam waktu yang berdekatan.
Maka dari itu, meski popup bisa membantu perkembangan blog kita, gunakan sewajarnya dan seperlunya saja. Jika perlu, tampilkan popup secara terpisah dengan delay tertentu atau memakai fitur exit intent.
9. Buat Halaman 404 Error Not Found yang baik
Halaman 404 Error Not Found adalah halaman khusus yang muncul saat pengunjung tidak dapat menemukan konten di blog kita. Pada umumnya, halaman 404 akan berisi keterangan/gambar saja. Namun kita bisa menambahkan hal lain seperti daftar bacaan menarik agar pengunjung tidak langsung pergi saat tidak menemukan apa yang mereka inginkan di blog kita.
[STUDI KASUS] Bagaimana Cara Saya Menurunkan Bounce Rate hingga 60%!
Sebelum stabil di angka 10%-an seperti sekarang ini, dulu blog ini memiliki bounce rate yang cukup tinggi, > 80%!
Pada awalnya saya tidak terlalu peduli dengan masalah ini, namun setelah banyak berkonsultasi dan belajar sendiri mengenai bounce rate, ternyata nilai tersebut termasuk sangat tinggi dibanding blog lain yang sejenis.
Karena itulah, saya mulai melakukan beberapa perbaikan. Hasilnya? Bounce rate blog ini pun turun drastis seperti bisa kamu lihat pada grafik di bawah ini!
Untuk menurunkan bounce rate sebanyak itu, saya kira dua cara ini memiliki andil yang paling besar. Karena setelah diaplikasikan, tidak butuh waktu lama untuk merasakan drastisnya penurunan nilai bounce rate blog ini.
- Memperbanyak artikel dengan niche yang sama (langkah 6)
- Mengoptimalkan internal link (langkah 5)
Khusus untuk cara kedua, saya mengoptimalkan internal link dengan menambah pos terkait di akhir artikel serta widget berisi random post yang bisa kamu lihat di sidebar blog ini.
Sebagai catatan, sebelumnya saya juga pernah memasang post terkait, hanya saja dalam bentuk teks. Setelah diganti dengan menggunakan thumbnail, hasilnya ternyata benar-benar berbeda.
Nah, jadi jika kamu ingin menurunkan nilai bounce rate secara signifikan, kedua cara yang saya gunakan bisa kamu aplikasikan terlebih dahulu.
Berarti, untuk blog dengan niche yang lebih spesifik akan
jauh lebih mudah dong menurunkan bounce rate nya.
Paling tidak kalo lihat dari 2 CARA yang sudah terbukti admin
lakukan pada blog ini untuk turunkan bounce rate nya.
Mantap nih infonya.
Thanks ya admin.
Iyes. Soalnya kalau sudah senang baca satu topik biasanya pengunjung penasaran baca artikel lain dengan topik yang sama.